Kita tak bisa membangun suatu bangsa tanpa melalui suatu sistem yang baik.
Kisah inspiratif mantan Presiden Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie
kembali dituangkan dalam buku dan akan difilmkan. Sebelumnya, kisah
cinta bapak teknologi ini dalam film Habibi & Ainun sukses menyita
perhatian pencinta buku biografi maupun film Indonesia.
Penulis
Gina S Noer mengatakan, buku berjudul Rudy, Kisah Masa Muda Sang
Visioner ini berisi kisah inspiratif BJ Habibie yang patut ditiru
kalangan muda. Rudy—panggilan kecil BJ Habibie—bukan hanya jenius,
melainkan juga ia tidak pernah berputus asa.
Kisah
Rudy akan difilmkan, yang rencananya bakal tayang perdana pada Desember
2016. "Saya akan kembali menjadi penulis naskah dari film," ujar Gina
usai peluncuran buku yang digelar di Perpustakaan Habibie Ainun di
kediaman BJ Habibie, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Senin
(12/10).
Menulis biografi orang ternama bukan
perkara mudah. Dalam pengerjaan biografi Presiden RI periode 1998-1999
itu, Gina menemui beberapa tantangan.
"Pada
dasarnya kan, saya penulis skenario yang menulis untuk visual, tapi ini
buku pertama saya jadi beda banget. Kesulitannya di situ," ucapnya.
BJ
Habibie juga sangat memperhatikan hal-hal detail dari cerita masa
mudanya. Ia berharap, kisah ini menginspirasi generasi muda dan mampu
membuat orang berani percaya pada potensi orang lain.
Buku
tersebut bercerita mulai masa kecil Rudy, masa remaja, kehidupan
kuliah, termasuk kisah cintanya dengan perempuan asal Jerman bernama
Ilona sebelum berjumpa Ainun. "Biasalah, saya kan juga manusia biasa,
ada kawan cantik beri saya senyum manis, masak merengut?" kata Habibie.
Mantan
presiden itu bercerita, ia belajar ke Jerman bukan atas beasiswa. Itu
karena ibunya pantang memanfaatkan uang negara selagi masih bisa
membiayai anaknya sendiri.
"Kiriman ibu saya
sering telat. Saya sering kelaparan. Ilona ini baik pada saya. Dia
sering datangi saya ke perpustakaan, beri apel dan roti," katanya.
Jalan Sukses
Habibie
mengungkapkan, tidaklah mudah menjadi seorang jenius dan pintar. Butuh
kerja keras dan ketekunan menjalani itu semua. "Saya dari lahir cuma
butuh tidur empat jam, selebihnya yang 20 jam, pancaindra saya menyerap
lingkungan sekitar dan bertanya-tanya. Mungkin karena pancaindra sangat
aktif itulah, saat kecil saya sudah mulai bertanya-tanya dan kalau tidak
bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan, saya menangis," tuturnya.
Ia
menjelaskan, salah satu keunggulan bangsa ini adalah sumber daya
manusia. "Sejak Boedi Oetomo, keunggulan bangsa ini yang dikedepankan
sumber daya manusia. Generasi Boedi Oetomo melahirkan Sumpah Pemuda.
Generasi Sumpah Pemuda melahirkan sesuatu yang nyata, yakni proklamasi
kemerdekaan. Sejak hari itu sampai hari ini, kita tidak lupa prinsip
dasar undang-undang dan dasar negara dalam kehidupan sehari-hari,"
ucapnya.
Indonesia juga memiliki beraneka
budaya dan memegang teguh prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurutnya,
itu semua dasar-dasar penting bagi pengembangan sumber daya manusia saat
ini. Kebudayaan, agama, dan pendidikan akan menghasilkan manusia yang
memiliki iman dan ketakwaan.
Selain itu,
manusia harus mengerti ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika ditopang
dengan ketakwaan tadi, ia melanjutkan, manusia akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi.
“Namun, untuk
mencapai itu semua, bangsa ini terlebih dahulu harus merdeka dan bebas.
Hanya saja, generasi penerus jangan menyalahartikan kemerdekaan dan
kebebasan yang sudah susah payah direbut para pejuang,” katanya tegas.
Mantan
menteri riset dan teknologi era Orde Baru tersebut mengemukakan, kita
tidak bisa membangun bangsa, tanpa melalui suatu sistem. Sistem yang
baik akan menentukan perjalanan bangsa dan negara yang baik ke depan.
Karena itu, menjadi tugas semua anak bangsa guna belajar mengenai sistem
yang tepat dan baik untuk membangun bangsa.
Sumber : Sinar Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar