Konglomerat adalah sebutan bagi mereka yang memiliki kehidupan sangat
wah dan mewah. Dengan segala kekayaan yang mereka punya, para
konglomerat biasanya selalu memiliki gaya hidup yang glamour, selalu
memakai barang mewah serta selalu sombong dengan apa yang mereka miliki.
Memang sah-sah saja mereka melakukan itu semua, karena dengan kekayaan
yang mereka punya apapun yang mereka inginkan akan mudah didapatkan.
Namun status konglomerat yang selama ini selalu identik dengan kemewahan
nyatanya tidak berlaku bagi orang-orang dibawah ini. Memiliki kekayaan
yang melimpah, nyatanya tak membuat konglomerat ini untuk bertansportasi
menjadi orang yang sombong dan suka memamerkan kekayaannya. Malah apa
yang dilakukan mereka adalah kebalikan dari kebiasaan konglomerat
lainnya. Mereka lebih memilih hidup melarat ketimbang hidup nyaman
dengan kekayaannya.
Koq bisa? Ternyata para konglomerat ini sangatlah berbeda dengan
konglomerat lainnya. Mereka lebih memilih hidup melarat karena mereka
ingin sama-sama merasakan apa yang dirasakan oleh orang miskin. Bahkan
tak sedikit dari mereka yang kerap menyumbangkan harta kekayaannya untuk
amal dan kegiatan sosial. Mereka bahagia dengan kehidupan melarat yang
mereka punya. Bagi mereka kebahagiaan tak selamanya bisa di beli dengan
materi saja.
Berikut adalah empat kisah konglomerat yang lebih hidup melarat ketimbang hidup mewah dengan segala kekayaan yang mereka miliki :
Klaus Zapf
Klaus Zapf meruapakan konglomerat asal Jerman yang punya penampilan tak
terurus bahkan mirip lelaki tua tunawisma, tak punya rumah serta
keluarga. Namun siapa sangka, dia adalah seorang pebisnis kakap dan
memiliki 600 karyawan dari jasa pindah rumah melayani seluruh wilayah
Jerman.
Namun Zapf tak lantas berfoya serta bergaya mewah. Dia bahkan
menyumbangkan sebagian kekayaannya. Lelaki ini dengan bangga mengakui
kalau dia adalah pemuja sosialisme. Dia sangat mengagumi ideologi
tersebut. Saat masih kuliah ia bahkan bergabung dengan golongan kiri di
kampusnya. Sampai-sampai ia memajang patung Vladimir Lenin, tokoh
sosialis terkemuka di ruang kantornya di Kreuzberg. "Di sini, delusi
akan keagungan disembuhkan setiap hari," katanya.
Robert DSouza
Robert D'Souza lelaki penghuni sebuah rumah bagi pengemis di Kota Colaba, India, ternyata memiliki kekayaan bernilai miliaran. Dia tidak pernah melansir sebab memang tak pernah mau tahu berapa jumlahnya. Sehari-hari dia hanya berjalan-jalan keliling kota dan melihat pemandangan.
Rupanya kegiatannya itu bukan tanpa alasan. D'Souza pernah terserang
katarak yang mengganggu penglihatannya. Namun setelah katarak itu bisa
dioperasi, kerjaannya hanya melewati hari melihat keindahan alam
sekitar. Ini mungkin sah-sah saja bagi D'Souza lantaran dia memiliki
sebuah rumah sakit, hotel, serta beberapa miliar tabungan.
Eisha
Sehari-hari seorang janda asal Arab Saudi diketahui bernama Eisha hanya
duduk di pinggiran Kota Jeddah dan berada di antara pengemis. Tak ada
satu pun yang tahu ternyata dia seorang jutawan. Dia memiliki empat
rumah di distrik Al-Balad, permata bernilai sekitar Rp 3,1 miliar dan
tabungan senilai Rp 9,4 miliar.
Harta itu memang dia dapatkan dari mendiang suaminya. Namun sejak
kepergian sang suami yang terlalu cepat, dia merasa kesepian lalu sering
berjalan-jalan. Dia pun membiarkan sejumlah keluarga tinggal di rumah
secara gratis. Sebelum meninggal Eisha bahkan membagi-bagikan harta
kekayaannya pada kawan-kawan pengemisnya.
Shiraj Haque
Shiraj Haque asal India kini menetap di Ibu Kota London ternyata
memiliki properti seperti hotel, restoran, dan toko swalayan bernilai
total Rp 96,8 miliar. Namun tak ada yang mengetahuinya lantaran dia
malah tinggal di rumah kontrakan bersubsidi dengan nilai sewa hanya Rp
2,6 juta per bulan.
Haque seorang pengusaha kaya yang juga berpartisipasi dalam Partai
Sosial Demokrat Inggris. Dia melakukan ini lantaran ingin mengetahui
nasib rakyat golongan menengah ke bawah yang sesungguhnya. Dalam
tabungan dia tersimpan uang senilai Rp 3,5 triliun. Namun warga
mengatakan saban hari hanya melihat Haque dan keluarga makan makanan
cepat saji yang sangat murah.
Nah, itulah sekiranya empat kisah konglomerat yang lebih memilih
hidup melarat ketimbang hidup mewah dengan harta yang melimpah. Bagi
mereka kebahagiaan tak selamanya bisa dibeli dengan materi saja, malah
menikmati kehidupan yang sedang dialami sekarang membuat mereka bahagia
dan tak pernah bersedih. Semoga bisa menjadi contoh dan bermanfaat bagi
kita semua.
Sumber : http://www.anakregular.com/2015/12/empat-konglomerat-bergaya-hidup-paling.html
Sumber : http://www.anakregular.com/2015/12/empat-konglomerat-bergaya-hidup-paling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar