Sejarah peradaban manusia memang diwarnai dengan sejuta peristiwa yang
beragam. Mulai dari zamannya kerajaan serta peradaban kuno nya hingga
zaman penjelajahan dunia yang dilakukan oleh bangsa Eropa dan menjadi
titik perkembangan dunia. Namun dari banyaknya sejarah yang dicatat
nyatanya banyak peristiwa yang sangat menyedihkan dan dianggap tak
manusiawi karena sampai saat ini peristiwa itu masih terus berlanjut.
Beberapa diantaranya adalah sejarah kelam dari pemusnahan ras manusia
secara massal dan brutal di masa lampau. Peperangan yang terjadi dari
masa ke masa nyatanya telah membawa derita bagi sejumlah ras asli di
sebuah wilayah. Bahkan sampai saat ini akibat dari pembasmian ras
tersebut, penduduk asli di suatu wilayah tak lagi mendapat tempat.
Seakan mereka menjadi orang asing di tanah kelahirannya sendiri.
Peristiwa pembasmian beberapa ras di seluruh dunia memang menjadi
peristiwa konflik di masa lalu dan telah menjadi suatu noda mengerikan.
Dari peristiwa ini kita bisa memetik beberapa pelajaran berharga, bahwa
kita sebagai manusia sejatinya bisa hidup berdampingan meski berbeda
dalam berbagai hal. Karena itu perbedaan tidak seharusnya dijadikan
suatu yang menyudutkan dan merugikan.
Berikut adalah lima peristiwa kelam dalam sejarah pembantaian massal suku atau ras manusia paling mengerikan di dunia :
Peristiwa Holocaust
Pembantaian ras
para Peristiwa Holocaust memang menjadi perdebatan sejarah. Beberapa
pakar menyebut ini adalah peristiwa paling kejam yang dialami Yahudi
dalam Perang Dunia II. Beberapa pakar lain menyebut kekejaman Adolf
Hitler tak hanya dialami kaum Yahudi. Bangsa Rom, Soviet, Polandia,
komunis, orang cacat, kaum homoseksual ikut dibunuh secara massal oleh
Nazi.
Meski begitu, holocaust tetaplah peristiwa yang menyeramkan. Dari
sembilan juta Yahudi yang ada di Eropa selama Perang Dunia II, dua per
tiga nya tewas dibunuh dalam peristiwa ini. Saat itu Nazi memerintahkan
orang-orang Yahudi dan Rom untuk dikurung di Ghetto. Kemudian mereka
dipindahkan ke dalam kamp pengungsian. Beberapa selamat melarikan diri
dalam perjalanan. Namun jumlahnya kecil. Sementara sebagian besarnya
tewas mengenaskan di dalam kamar-kamar gas yang sudah disiapkan.
Pembasmian Orang Jelek
Mungkin hal ini seperti sebuah lelucon. Namun ternyata tidak. Kejadian
pembasmian orang-orang jelek benar-benar pernah terjadi di Jerman.
Setiap warga Jerman yang berwajah jelek dan memiliki penyakit akan
dikejar. Mereka akan dibunuh tanpa ampun. Kebijakan ini muncul di zaman
Hitler memimpin Jerman dengan Nazinya.
Pengejaran dan pembunuhan orang jelek saat itu terjadi di Berlin. Warga
dipisahkan antara yang sehat dan berpenyakitan. Bagi yang sakit dan
memiliki wajah jelek, tiada ampun bagi mereka. Sementara warga yang
sehat dan memiliki fisik rupawan, mereka akan diampuni. Wah ngeri juga
ya kalau ada kebijakan seperti itu di negara kita.
Genosida Suku India
Benua Amerika khususnya Amerika Serikat sejatinya bukanlah tanah asli
ras kulit putih. Suku Indian sudah mendiami Amerika selama ratusan
tahun. Saat Cristhoper Columbus berlayar dan berlabuh di Amerika,
berbondong-bondong orang kulit putih datang ke Amerika. Awalnya
kedatangan bangsa Eropa kulit putih ini disambut baik oleh Suku Indian.
Bahkan beberapa sumber menyebut, Suku Indian melakukan penghormatan
dalam ritual khusus terhadap kedatangan orang kulit putih. Mereka
disambut bak tamu. Namun seperti pepatah mengatakan, air susu dibalas
air tuba. Semakin banyaknya ras kulit putih membuat Suku Indian
terdesak. Bahkan mereka mulai dikejar dan dibunuh secara membabi buta.
Beberapa kali Suku Indian terlibat perang dengan ras kulit putih. Namun
persenjataan mereka kalah jauh. Akhirnya yang terjadi adalah pembantaian
ras Indian. Akibat desakan dan pembasmian tersebut, kini Suku Indian
populasinya menyusut hingga menyisakan 11.000 jiwa saja.
Politik Apertheid
Politik Apertheid adalah sebuah kebijakan menyingkirkan ras kulit hitam
dalam sebuah kebijakan politik negara. Afrika Selatan dikenal sebagai
negara yang keras menerapkan politik ini. Sebagai negara jajahan, Afrika
Selatan justru banyak dihuni ras kulit putih dari Eropa. Mereka
mengatur semua sendi kehidupan. Warga ras kulit hitam sebagai penduduk
asli Afrika justru terpinggirkan.
Mereka mendapat diskriminasi dari pemerintah. Penduduk asli justru tidak
menikmati kemerdekaan di tanah mereka sendiri. Politik Apertheid ini
akhirnya didobrak oleh revolusi yang dilakukan Nelson Mandela. Mandela
akhirnya menjadi Presiden Afrika Selatan pertama yang berkulit hitam. Ia
juga dijuluki bapak bangsa karena berhasil menghancurkan politik
Apertheid.
Di bawah kepemimpinannya, Afrika Selatan bisa hidup damai antara ras
kulit hitam dengan ras kulit putih. Politik pemisahan ras kulit ini juga
pernah terjadi di Amerika Serikat (AS). Amerika Serikat memberlakukan
diskriminasi sosial terhadap ras selain kulit putih yang mereka sebut
ras berwarna. Ras selain kulit putih tidak boleh bersekolah di sekolah
ras kulit putih. Bahkan sampai urusan toilet juga dibedakan antara
toilet kulit putih dengan ras lainnya. Sungguh tak berperikemanusiaan
ya.
Pembasmian Aborigin dan Maori
Australia adalah benua terkecil di dunia. Letaknya yang berdekatan
dengan Asia dan Papua Nugini membuat Australia memiliki ciri penduduk
asli yang mirip dengan Asia. Ya, suku asli di Australia adalah Aborigin.
Namun kini kita mengenal penduduk di Australia didominasi ras kulit
putih Eropa. Pasalnya, dulu Australia adalah tempat pembuangan tahanan
dari Inggris.
Semakin banyaknya narapidana yang dibuang ke Australia, membuat negeri
kangguru itu dipenuhi ras kulit putih. Kondisi ini akhirnya menimbulkan
konflik ras pendatang dengan suku asli Aborigin. Karena kalah secara
teknologi, akhirnya suku Aborigin semakin terdesak. Jumlah mereka
semakin lama semakin menyusut karena pembunuhan dan penganiayaan.
Dalam kehidupan Australia modern, keberadaan suku Aborigin juga belum
sepenuhnya diakomodir dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan
layanan sosial lainya. Hal yang sama terjadi pada Suku Maori yang
merupakan penduduk asli Selandia Baru. Terdesaknya Aborigin dan Maori
merupakan pembasmian ras yang terjadi karena konflik kepentingan lahan
hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar